Selasa, 15 Maret 2011

MUSH'AB BIN UMAIR (Duta Islam Yang Pertama) Bagian Pertama


Kelahirannya

Ia dilahirkan dan dibesarkan di kota mekkah dengan penuh kesenangan dan kebahagiaan. Pemuda yang berkecukupan biasa hidup mewah dan manja. Menjadi buah bibir gadis-gadis Mekkah dan menjadi bintang di tempat-tempat pertemuan, akan meningkat sedemikian rupa hingga menjadi buah cerita tentang keimanan, menjadi tamsil dalam semangat kepahlawanan. Sehingga para Muarrikh dan ahli riwayat melukiskan semangatnya kemuadaanya dengan kalimat: " Seorang warga Mekkah yang mempunyai nama paling harum "

Kisah masuk Islam Mush'ab bin Umair

Pada suatu senja didorong oleh kerinduannya pergilah ia ke rumah Arqom menyertai rombongan itu. Di tempat itu Rasulallah sering berkumpul dengan para sahabatnya, tempat mengjarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan membawa mereka beribadah kepada Allah yang maha besar.

Baru saja Mush'ab bin Umair mengambil tempat duduknya, ayat-ayat al-qur'an mulai mengalir dari kalbu Rasulullah bergema nmelalui kedua bibirnya dan sampai ke telinga meresapdi hati para pendengar. Di senja itu Mush'ab bin Umair terpesona oleh untaian kalimat rasulallah  yang tepat menemui sasaran pada kalbunya.

Hampir saja anak muda itu terangkat dari tempat duduknya karena rasa haru, dan sersa terbang karena gembira. Tetapi rasulallah mengulurkan tangannya yang penuh berkah dan kasih saying serta mengurut dada pemuda itu yang sedang panas bergejolak, hingga tiba-tiba menjadi sebuah lubuk hati yang tenang dan damai. Tak ubah bagai lautan yang teduh dan dalam. Pemuda yang telah Islam dan Iman itu nampak telah memiliki ilmu dan hikmah yang luas berlipat ganda dari ukuran usianya dan mempunyai kepekatan hati yang mampu merubah sejarah.

Kisah Mush'ab bin Umair dan Ibunya

Khunais binti Malik yakni ibundMush'ab bin Umair, seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat. Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti.

Ketika mush'ab bin Umair masuk Islam tiada yang ditakuti kecuali ibunya. Bahkan walau seluruh penduduk mekkah beserta berhala-hala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush'ab Bin Umair akan menganggapnya enteng. Tapi tantangan dari ibunya bagi Mush'ab bin Umair tidak dianggap kecil.

Suatu ketika ibunya mengetahui bahwa ia masuk Islam maka ditangkaplah Mush'ab bin Umair dan di sidanglah Mush'ab Bin Umai dihadapan Ibu dan keluarganya. Serta para pembesar Mekkah. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran dan ketaqwaan.

Ketika sang Ibu hendak membungkam mulut putranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai demi melihat nur atau cahaya yang membuat wajah yang telah berseri cemerlang itu kian berwibawa dan patut diindahkan serta menimbulkan suatu ketenangan yang mendorong dihentikannya tindakan.

Saat perpisahan anatar Mush'ab bin Umair dengan Ibunya menggambarkan kepada kita kegigihan luar biasa dalam kakafiran dari pihak ibu, sebaliknya kebulatan tekad yang lebih besar dalam mempertahankan keimarinan dari pihak anak yaitu Mush'ab bin Umair. Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah sambil berkata " Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi ". Maka mush"ab bin Umair pun menghampiri ibunya sambil berkata: " Wahai bunda! Telah anakanda menaruh kasihan kepada bunda, karena itu saksikannlah bahwa tiada illah melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan dan hambanya ".

Dengan murka dan naik darah ibunya menyahut: " Demi binatang ! sekali-sekali aku takkan masuk ke dalam agamamu itu.otakku bisa rusak dan buah pikiranku takkan diindahkan orang lagi".

Demikianlah Mush'ab bin Umair meninggalkan semua kemewahan dan kesenangan yang dialaminya selama itu, dan memilih hidup miskin dan sengsara. Pemuda yang ganteng dan  perlente itu kini  telah menjadi seorang yang melarat dengan pakainnya yang kasar dan usang, sehari makan dan sehari tidak.  Tetapi jiwanya yang telah dihiasi dengan akidah yang suci dan cemerlang berkat sepuhan nur ilahi, telah merubah dirinya menjadi seorang manusia lain, yaitu manusia yang dihormati, penuh wibawa dan disegani. Bersambung.
Diambil dari karakteristik 60 sahabat Rasulullah karangan Khalid Muh.Khalid

1 komentar:

  1. Siapa Duta Islam ke Indonesia? Bisa kasi linknya kalau ada. Karena Rasul cinta bangsa Indonesia. Ini beritanya: Rasulullah Sayang Bangsa Indonesia

    BalasHapus