Rabu, 16 Maret 2011

"SUAMIKU INGIN MENIKAH LAGI"

Oleh: Muhammad Imam Najmudin
Satu  kalimat yang sering diucapkan oleh  seorang istri kepada istri yang lain. Kalimat sederhana tapi sering memanaskan telinga siapa yang saja yang mendengar apalagi yang mengucapkan adalah orang yang kita cintai, orang yang hidup bersama dengan kita dan menjadi  teman suka duka dalam mengarungi kehidupan ini. Terkadang seorang istri tidak sadar akan ucapan suaminya sehingga yang dikedepankan ketika mendengar hal tersebut adalah emosionalnya belaka bukan akal sehatnya. Suami ingin menikah lagi tentu ada sebab musababnya. Istri yang cerdas adalah istri yang mampu mencerna apa yang diucapkan suaminya.


Kecerdasan seorang istri bisa dilihat dari kemampuannya untuk mengelola ucapan suaminya sehingga ia mampu menjadikan ucapannya sebagai alat untuk introspeksi diri, yang pada akhirnya akan terkuak semua kekurangannya. Dari semua sisi yang ada padanya baik berupa pelayanannya terhadap suaminya berkaitan urusan ranjang atau pelayanan lainnya yang berkaitan dengan urusan rumah tangga.

Banyak survai yang menyatakan bahwa gagalnya hubungan rumah tangga diawali dengan gagalnya suami istri dalam masalah ranjang, sehingga awal mula pertengkaran diawali dari masalah ini. Baik dari suami yang   kurang puas dengan kinerja istri dalam  masalah ranjang atau istri yang terlalu egois. Tentunya hal semacam ini harus menjadikan agenda besar bagi seorang istri untuk memperbaiki diri. Terkadang seorang istri lebih terfokus pada urusan mengasuh anak sehingga  melupakan pada satu sisi yang penting dalam kehidupan rumah tangga, dari mulai pakaian yang awut-awutan, bau badan yang kurang enak bila dicium oleh hidung atau masalah-masalah lain yang sekilas dianggap sepele. Bagaimana suami tertarik dengan istri yang seperti itu ? padahal dalam pernikahan harus ada 3 unsur penting yang harus ada yaitu cinta, komitmen dan gairah. Cinta bisa tumbuh dalam diri suami atau istri sesuai dengan berjalannya waktu semakin suami dan istri saling mengenal, memahami, maka akan tumbuh cinta. komitmen lebih kepada dasar mereka menikah apakah mereka menikah merupakan salah satu dari perintah Allah yang mengandung aturan-aturan serta konsekuensi  atau hanya sekedar pemenuhan hasrat biologis saja. Sedangkan gairah bisa timbul karena penampilan istri yang menarik,  baik pakaiannya, bau badannya  ataupun tutur katanya.

Coba kita melihat kebelakang diawal pernikahan semua serba fresh dari pakaian yang  selalu wangi dan halus, badan yang selalu memancarkan bau wangi semerbak   ibarat bunga yang baru mekar, ditambah tutur kata lembut suami menambah mesra suasana rumah tangga, setelah berlalu setahun pernikahan, istripun sudah hamil buah hatinya yang pertama, menambah kebahagian bagi keduanya. Tapi ketika buah hatinya sudah menginjak umur 3 bulan setelah kelahirannya penampilan istripun sudah mulai berubah, dari pakaiannya yang mulai  lusuh. Warna jilbab dan jubah yang tidak serasi lagi ditambah beban kehidupan yang semakin berat dan penuh persaingan, sehingga pandangan suami menangkap banyak perubahan yang terjadi pada istrinya. Sudah tidak ada lagi sambutan mesra istrinya, sudah tidak ada lagi tutur kata yang menyejukkan  hati. Maka pantaslah seorang suami berkata " umi abi pingin nikah lagi"

Menikah untuk kedua kalinya atau dalam istilah kerennya "Matsna" bagi suami adalah sesuatu yang sangat diimpikan bahkan sebelum melangkah kepada jenjang  pernikahan ada satu tahapan yang dinamakan "ta'aruf" atau masa perkenalan yang  digunakan oleh calon suami untuk mengadakan tawar menawar apakah dirinya nantinya siap bila seandainya dimatsna, dan ini menjadi trend dikalangan para calon suami.  Keinginan menikah lagi bagi seorang suami tentunya harus direspon positif oleh seorang istri, hal ini karena suami punya kejujuran yang patut diacungi jempol. Dari pada seorang suami diam-diam saja tapi di luar sana punya selingkuhan, wil atau datang ketempat-tempat prostitusi yang ini jelas melanggar syariat. Bagi suami yang ingin menikah lagi haruslah bersikap bijak, karena keputusan tersebut bukan keputusan yang sesaat saja tetapi harus dipertimbangkan dengan masak-masak dampak kedepannya. Suami yang ingin menikah lagi harus selalu memperbaiki diri, baik dalam hal ibadah kepada Allah atau pun hunbungan dengan istrinya.

Memperbaiki dalam hal ibadah tentunya menjadi syarat yang mutlak karena ia akan menjadi penolong dalam melangkah kepada satu perkara yang besar dan penuh tantangan. Sehingga sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Kalau dulu shalat tahajudnya masih jarang-jarang maka sebisa mungkin sudah menjadi kegiatan rutin. Membaca Al-Qur'an juga sudah menjadi kebiasaan, shalat sunnah dan ibadah-ibadah lain sudah menjadi karakter yang melekat dalam dirinya sehingga  dapat memberikan spirit yang luar biasa dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga dengan istri dua. Sedangkan memperbaiki hubungan dengan istri adalah seorang suami yang ingin menikah lagi hendaknya mengkomunikasikan apa yang menjadi tujuannya. Dengan komunikasi ini akan terjalin sebuah kehangatan yang akan meruntuhkan egoisme seorang istri. Seorang wanita tentunya lebih senang kalau diajak untuk berdiskusi tentang hal-hal seperti ini dengan harapan adanya keterbukaan diantara keduanya. Bukan malah sebaliknya suami yang ingin menikah lagi cenderung menjadikan senjata "Matsna " ini untuk mengancam istri jika suami melihat kekurangan-kekurangannya. Komunikasi yang terjalin dengan baik akan membawa dampak yang lebih baik bagi istri sehingga akan terbuka wawasan berpikir istri dan terbukalah pintu hatinya untuk menerima madunya.

Terbukanya pikiran istri ditunjukkan dengan pemahaman bahwa menikah adalah sesuatu yang memang harus dilakukan, ibaratnya seorang yang kakinya patah mau tidak mau, suka tidak suka harus diamputasi. Amputasi adalah sesuatu yang tidak semua orang menyukai bahkan kalau dikalkulasi semua tidak menyukainya tetapi itu semua harus dilakukan karena kalau tidak, akan berdampak kepada rusaknya struktur tubuh bahkan dampak yang lebih besar adalah kematian. Begitu pula matsna jika suami tidak melakukan matsna maka dampak yang lebih besar akan terjadi, bisa suami jatuh ke lubang maksiat, bisa selingkuh atau bubarnya rumah tangga karena istri tidak mau menerima suami menikah lagi.

Istri yang bijak tentunya lebih paham tentang suaminya, apakah suami termasuk tipe yang kebutuhan seksualnya tinggi atau sedang-sedang saja.  Kadang memang ada seorang suami yang kebutuhan seksualnya melebihi dari kebanyakan pria sehingga membutuhkan kerja keras bagi istrinya untuk mengimbangi dan ini harus dipahami seorang istri. Seorang istri yang shalihah adalah seorang istri yang mau menerima dengan lapang dada jika suami mau menikah lagi, karena ia akan berfikir bahwa ini adalah jihadnya seorang wanita, istri yang pengertian adalah istri yang mau menerima jika suami mau menikah lagi karena ia paham bahwa ketika seorang suami yang istrinya melahirkan akan merasa kesepian, dan merana karena kebutuhan seksualnya tertahan selama kurang lebih 40 hari, ketika istrinya haidz sedang suami dalam kondisi on air gairah seksualnya sehingga memberikan kesempatan kepada wanita lain yang syah berada di sampingnya. Istri yang baik adalah seorang istri yang memberikan kesempatan kepada suami untuk menikah lagi karena ia tahu bahwa ada banyak saudari-saudari seiman yang sedang menuggu calon suami yang tak kunjung datang disebabkan perbandingan jumlah wanita dan laki yang tak seimbang, dimana menurut penelitain bahwa jumlah wanita dan laki-laki 10 : 1. coba kita fikirkan dengan hati yang jernih, kalau seandainya tiap satu laki-laki memperistri 4 wanita ini tentu masih ada 6 wanita yang tidak mendapatkan suami. Kemudian dari 6 wanita yang sendirian itu adalah saudara kandungmu maka apa yang akan engkau rasakan. Wahai saudariku fikirkan dan merenunglah demi kebaikan bersama, demi kejayaan islam, demi Izul Islam wal muslimin. Semoga bermanfaat! Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar